Monday, September 8, 2008



"New" Prajurit Deskomvisnya ADVY 08
Nama Kelompok "KUAS"
desain tampang nya pada Ordinary., tapi desain kreatifitasnya Extraordinary..!!

"...Bermula dari hari pertama masuk Tekhnikal Welkamp Mhs Baru ADVY 08, tanggal 060908., jem 9'an langsung ngerasa jd Mhs baru lagi terus disuruh foto bareng tim tuk formalitas dari Sang Panitia Welkamp Mhs Baru ADVY 2008. Hmmm... actually sungguh sangat membosankan pada saat - saat seperti itu saat dimana semua mahasiswa baru menjadi objek desain para panitia..

Hahaaa..., Nga kenal bulu' Mhs Baru ADVY 08...
Ada yang Keliatan Bekas Mahasiswa ada juga yang keliatan Interpol nyamar jadi mahasiswa.. HAHAAAAHAA!!! udah gitu mereka pun juga ikutan dijadiin objek kerjaan panitia Welkamp yang notabene angkatan 2007! GOkiLL nga Tuuh..!!! HAAAHaaaa ( hmm.. si penulis juga terbilang tua' angkatan 2005 cuuy ).

back to the creative idea..."
ngomongin ide kreatif sama dengan kita ngomongin masa depan yang kita create sendiri dan terlahir dari diri atau otak kita sendiri yang kemudian diolah dengan aktifitas - aktifitas kita seharian. Ide itu bahan baku, kreativitas itu cara memasak! Maka, tanpa kreativitas, ide menjadi sekadar bahan baku yang mati. Ide dan kreatifitas mirip dua sisi dari mata uang yang sama. Dibolak-balik ya namanya tetap saja mata uang. Plato menyebutnya 'dunia ide' dan 'dunia ide' itu akan bermanfaat bagi kehidupan kalau sudah berinteraksi dan bersinergi dengan dunia nyata; dunia yang dihadapi manusia sehari - hari.

Nah! Bisnis adalah dunia nyata. Banyak orang yang mengira bisnis tidak ada kaitan langsung dengan "dunia ide." Sudah pasti pandangan itu keliru!

..Petakumpet ( Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang creative idea atau bekerja dan berkreatifitas dalam segala sesuatu dengan akar ide-ide kreatif ) adalah bukti bersinerginya antara ide, kreatifitas dan dunia nyata. Yang dinamakeun... : Bisnis Ide!

Sinergi itu juga menjawab tantangan marketing 3.0 marketing era budaya dan kreativitas. Itulah kredo yang patut dicamkan dan dikembangkan masyarakat marketing dan advertising sampai tahun 2025.

Meminjam istilah Jack Trout "differentiate or die," maka kredo marketing-advertsing masa kini adalah : "creative or die!" Tinggal pilih, mau kreatif untuk kemudian berkembang maju atau mau mati! Sederhana 'kan?

..Petakumpet menjawab tantangan itu bukan dengan pernyataan, wacana, apalagi omong kosong. Jawaban itu bernama bisnis ide, bisnis yang menggunakan ide dan kreatifitas sebagai komoditas utama.

Bisnis ide, tentu tidak sekadar menjual produk atau servis. Lebih dari itu, menjual ide dan kreativitas. Intangible banget ya? Pasti! Karena dunia masa kini memang makin Intangible. Makin maya, makin tak teraba.

Hanya orang-orang yang mampu merengkuh yang maya dan tak teraba itulah yang bisa muncul sebagai pemenang di era persaingan yang makin bengis sekarang ini. Sudah bengis, sadis lagi! HAHAAAA...! Tatuuuut!!!

Tak bisa dibayangkan "Jualan Ide Segar" yang benar-benar segar akan dapat membangun / menghasilkan miliaran rupiah tanpa modal. ..SUMPEH LOH!!!..

Dalam perspektif Descartes, orang-orang yang malas berfikir adalah orang-orang yang hidup antara ada dan tiada; "hidup enggan, mati tak mau."

Maka, berfikirlah agar anda tetap ada! Resep Mujarabnya? Ya sering baca buku.


[writer by, Riristanto Dwiputra.]
Student's. Visual Communication Design at Academy Design Visi Yogyakarta.

Thank's.

Monday, September 1, 2008



Manajemen Mood

writer say it..,

Kalau sedang mood, kita bisa seharian nongkrong di depan monitor, mengutak-atik desain dalam keasyikan. Dan hebatnya, mood yang bagus akan membuat output kreatif kita benar-benar bagus bahkan kadang lebih bagus dari yang diharapkan. Mood ini sangat diperlukan untuk menghasilkan karya yang di atas standar, yang bukan asal jadi. Tapi datangnya mood sering tidak terduga. Dalam situasi tertentu, mood bahkan menguap hilang selama berhari-hari meninggalkan kita dalam dalam kebuntuan ide.

Saya punya pengalaman buruk menyangkut manajemen mood. Saya pernah gagal mengisi rubrik Salvo di edisi 4 Blank! magazine (alm.) gara-gara ide yang macet meskipun telah nongkrong di depan komputer dan baca buku macem-macem, seminggu penuh. Saya tidak tahu harus diapakan seluruh bahan yang sudah terkumpul itu. Pada detik terakhir deadline, akhirnya saya menyerah dan rubrik tetap itupun sukses tergusur artikel yang lain.


Satu lagi ketika menyiapkan tulisan ini, lama sekali saya memikirkan tulisan yang pas sampai kemarin malam saya masih belum tahu mau nulis apaan. Apalagi mikirin ilustrasinya mau pake apa. Barulah menjelang deadline, saya dipaksa oleh kondisi waktu yang tinggal sedikit itu sedemikian rupa sehingga katup yang membuatnya buntu tiba-tiba jebol tanpa saya tahu bagaimana prosesnya. It’s just happened. Saya cuma tahu dari bukti otentiknya: tulisan ini bisa tersaji di hadapan Anda sekalian.

Nah, saya yakin mereka yang mengaku (atau tidak mengaku) dirinya kreatif pernah mengalami kebuntuan semacam itu, seperti pengarang yang kehilangan kata atau pelukis yang kehilangan imajinasi warna. Bagaimana mengatasinya?

Yang harus saya ingatkan sebelumnya adalah, mood tidak bisa didatangkan serta merta kapanpun ia dibutuhkan. Yang bisa kita lakukan adalah menciptakan kondisi-kondisi dimana mood itu mudah muncul untuk selanjutnya bisa menghidupkan élan kreativitas kita. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, diantaranya:

Menentukan Tujuan yang Jelas

Dalam memecahkan masalah, akan lebih simple jika kita memahami batasan-batasannya. Sehingga kita tidak berfikir terlalu luas. Kita bisa berfokus pada upaya problem solving jika tujuan yang akan kita capai jelas. Tujuan itu akan memandu otak kita secara sadar maupun tak sadar untuk mencari jalan keluar atas permasalahan yang kita hadapi. Ide atau solusi akan datang seperti sebuah cahaya yang menerobos lubang kecil dalam sebuah ruang yang gelap. “Eureka!” kata Archimedes.

Menyelesaikan Pekerjaan Sampai Tuntas

Penyakit yang bisa menimbulkan kebuntuan ide adalah kebiasaan menunda-menunda pekerjaan. Atau melaksanakannya setengah-setengah. Terutama jika ada beberapa pekerjaan yang sedang kita laksanakan bersamaan. Tanpa prioritas yang tepat, ini semua akan menjadi beban yang menghalangi otak berpikir jernih sehingga kebingungan mana yang harus diselesaikan lebih dahulu. Semakin banyak pekerjaan yang bisa kita tuntaskan sesuai sesuai jadual, semakin ringan beban otak kita dan mood-pun akan lebih sering muncul. Menunda pekerjaan, no way!

Menciptakan Atmosfir Kreatif

Penting juga untuk menciptakan suasana kerja dan lingkungan yang kondusif agar mood bisa sering datang. Atmosfir kreatif itu akan membuat fisik dan psikis kita menjadi nyaman dan tidak tertekan. Ada yang mengatakan bahwa ruang kerja yang berantakan menandakan seseorang itu kreatif. Saya tidak menyalahkan penilaian tersebut, asalkan penghuni ruangan itu tidak mengalami kesulitan ketika mencari ballpoint, macbook atau halaman buku tertentu akibat banyaknya barang lain yang berserakan.

Karena kebersihan dan kerapian tempat kerja akan sangat berguna untuk merangsang otak kita menata file informasi di dalamnya sehingga mudah diakses kapanpun kita butuhkan. Karena rapid an teratur, tempatnya jadi mudah dilacak. Analoginya hampir sama dengan harddisk yang sering di-defrag dengan yang tidak.

Berfikir Berbeda

Berhubungan dengan ruangan yang bersih dan tertata, tidak ada salahnya juga pada suatu ketika sengaja dibikin berantakan jika telah mulai menimbulkan kebosanan. Ruangan tersebut bisa ditata ulang dengan cara yang berbeda, untuk menumbuhkan tunas mood yang baru. Manusia kreatif adalah makhluk yang dinamis, yang tidak begitu nyaman dengan rutinitas yang itu-itu saja.

Sekali waktu, pergilah ke tempat yang belum pernah dikunjungi, saksikan film-film indie dari Afrika atau Italia (yang non Hollywood), duduk sendirian di tengah lapangan sepak bola, berbicara dengan orang asing, tidur di kamar mandi, avonturir dari kota ke kota lain tanpa bekal, dan lain sebagainya. Agak aneh mungkin buat orang kebanyakan, tapi hal-hal seperti ini akan menyegarkan otak kita dengan, serta melatihnya untuk melihat sesuatu dengan perspektif yang berbeda.

Saya menonton film Jerry Maguire-nya Tom Cruise sekitar sepuluh kali. Ada banyak adegan, perkataan atau ekspresi wajah unik yang terlewatkan ketika saya baru menontonnya pertama kali. Saya bisa menemukan ‘keindahan’ itu setelah menontonnya berkali-kali. Dan memikirkannya dengan cara yang berbeda.

Berani Gagal

Tidak semua gagasan kreatif bisa diwujudkan dengan baik. Kegagalan adalah hal yang manusiawi dan dapat menjadi pelajaran terbaik. Dibutuhkan toleransi yang cukup atas kegagalan sehingga kita bisa mencapai kesuksesan di kesempatan berikutnya. Kegagalan tidak menjadi persoalan yang besar, selama kita telah melaksanakan yang terbaik semampu kita.

Bill Gates (Chairman Microsoft Corp.) pernah mengatakan: When you’re failing, you’re forced to creative, to dig deep and think hard, night and day. Every company needs people who have been trough that, who have made mistakes and then made their mistakes as a great lesson to be better. Jika engkau gagal, engkau akan dipaksa untuk jadi kreatif, untuk menggali lebih dalam dan berfikir lebih keras, siang dan malam. Setiap perusahaan membutuhkan orang-orang yang pernah gagal, yang membuat kesalahan dan menggunakan kesalahannya itu sebagai pelajaran terbesar untuk jadi lebih baik.

[sumber : http://jualanidesegar.blogspot.com]
(Dikutip dari Bab 3 Buku Jualan Ide Segar).
Laskar Pelangi Jadi Film Lebaran 2008.

Setelah sukses menjadi novel best seller dengan penjualan lebih dari 500.000 eksemplar, kini Laskar Pelangi yang telah diangkat ke layar lebar oleh Miles Films bekerjasama dengan Mizan Cinema Productions, "B" Edutainment dan Iluni UI akan siap ditayangkan untuk konsumsi mengisi libur lebaran tahun ini. Dengan dimainkan oleh bintang papan atas macam Tora Sudiro, Lukman Sardi, Ikranegara, Mathias Muchus, Robby Tumewu, dan Jajang C. Noer, film ini potensial menjadi salah satu kontender laris sebagai film lebaran tahun ini.

Film yang telah menjalani proses syuting sejak 25 Mei 2008 ini adalah sebuah kisah sekelompok pemuda Belitong yang berjuang untuk pendidikan di tengah kekurangan mereka pada medio tahun 80-an. Ide pembuatan film ini sendiri berawal dari rasa kagum Mira Lesmana dan Riri Riza selaku Produser dan Sutradara film ini terhadap buku karya Andrea Hirata yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2004 lalu. "Buku Laskar Pelangi sanggup membuat kita tiba-tiba merasa bangga jadi orang Indonesia dan memompa semangat serta optimisme kebangsaan, dengan hadirnya karakter Laskar Pelangi, Ibu Muslimah dan Bapak Harfan!" ujar Mira Lesmana dalam satu kesempatan.

Riri Riza sendiri mengatakan, "Laskar Pelangi memiliki cerita yang unik dan penuh dinamika dengan hadirnya 10 pemuda kampung dengan karakter yang sangat kuat dan seorang guru yang mempunyai cita-cita besar dan luhur. Dan Andrea Hirata adalah faktor yang sangat penting kenapa kami ingin memfilmkan buku Laskar Pelangi ini. Saat pertama kali ketemu dengan Andrea, ada antusiasme yang terlihat di dirinya. Bertemu Andrea Hirata seperti melihat matahari yang bersinar keras sekali dan sangat inspiring!", kata sutradara berkacamata ini.

"Ada beberapa alasan kenapa saya rela untuk menyerahkan cerita Laskar Pelangi ini kepada Mira Lesmana dan Riri Riza. Pertama, Mira dan Riri adalah dua sineas yang memiliki integritas, yang tidak semata melihat keinginan pasar dalam membuat karyanya. Kedua, Mira dan Riri mempunyai talent yang langka dalam membuat sebuah karya seni. Mereka bisa membuat film box office, tapi juga tetap bermutu. Dan setelah lama bergaul dengan mereka, saya semakin yakin kalau kedua sineas ini mempunyai indra keenam dalam membuat sebuah karya dan mempunyai perspektif yang unik" ungkap Andrea satu ketika.

Setelah melewati proses pertemuan dan diskusi dengan sang penulis selama satu tahun, akhirnya pada Juli - Desember 2007, proses penulisan skenario yang ditulis oleh Salman Aristo, dibantu oleh Riri Riza dan Mira Lesmana pun dimulai. Dan persiapan produksi pun sudah dilakukan sejak Juli 2007 lalu dengan melakukan proses penulisan skenario, survey lokasi, serta casting para pemain Laskar Pelangi. "Dalam proses pembuatan film ini hampir 100% pengambilan gambar dan syuting dilakukan di Belitong. Dan satu hal yang cukup istimewa di film ini, 12 orang pemain, 10 Laskar Pelangi dengan dua karakter pelengkap yang memerankan Flo dan A Ling, semuanya asli dari Belitong!" cerita Mira dengan antusias.

Seperti apa film yang berkisah tentang pemuda kampung di kawasan terpencil Belitong ini?menurut rencana film ini akan beredar menjelang liburan Lebaran tahun ini. Jadi kita tunggu saja, apakah filmnya akan selaris novelnya?(wal)

Foto: miles films

Budiman Hakim,

Executive Creative Director MACS 909
Penulis Buku Terlaris Lanturan Tapi Relevan & Ngobrolin Iklan Yuk!

Ide Itu Milik Semua Orang. Janganlah mencurigai bahwa Arief Budiman sedang berpromosi tentang dirinya atau lagi jual kecap tentang Petakumpetnya. Dari namanya saja kita tau bahwa pengarang buku ini adalah seorang yang Arief dan Budiman. Dan sebagai penyandang nama yang sama, Budiman, saya yakin sekali bahwa apa yang disampaikannya dalam buku ini adalah sesuatu keinginan berbagi yang tulus kepada kita semua yang tertarik pada dunia advertising dengan segala seluk beluknya.

Menggunakan pengalaman sendiri sebagai ilustrasi adalah cara yang paling jujur dan bisa dipercaya. Karena pengarang menjalani sendiri semua perjalanan usahanya bersama Petakumpet hingga sukses seperti sekarang ini. Saya pun setiap kali mengadakan seminar atau workshop hampir selalu menampilkan contoh-contoh yang dibuat oleh perusahaan saya. Kenapa? Karena saya sangat mengerti secara detil pembuatan iklan itu, dari brief, strategi sampai proses penggalian ide dan akhirnya tayang di media. Coba kalau saya memakai contoh iklan yang dibuat oleh Ogilvy Mumbai? Apakah saya berani bercerita bagaimana proses idenya terlahir? Sok tau banget kan?

Buku ini seharusnya menyadarkan pembacanya bahwa Tuhan itu maha adil. Ide tidak hanya Dia berikan pada orang-orang pintar, tidak hanya dikasih ke para sarjana, tidak hanya ditawarkan ke orang kaya. Semua orang diberkahi oleh Tuhan dengan ide. Persoalannya adalah bagaimana kita membuat diri cukup peka untuk melihat ide itu. Kemampuan itulah yang harus selalu kita asah. Setelah ide itu diperoleh, kita perlu memikirkan bagaimana meramu ide itu sesuai dengan keinginan klien kemudian menjualnya dengan mahal. Kalau kita cukup peka? Wah bersiap-siaplah menjadi orang kaya.

Seorang teman saya pernah berkata ‘Einstein yang jenius itu ternyata belum menggunakan separuh dari kemampuan otaknya.’ Nah loh? Kalau Einstein aja baru segitu, baru berapa persenkah kita memanfaatkan otak kita?

Arief Budiman telah memaparkan pengalamannya di buku ini. Banyak yang telah diperolehnya tapi lebih banyak lagi yang masih dikejarnya. Orang pintar sering mengatakan ‘Belajarlah dari pengalaman’. Sementara orang cerdas selalu mempercayai ‘Belajarlah dari pengalaman orang lain.’

Dan kesempatan itu sudah terbuka bukan?

[sumber : //jualanidesegar.blogspot.com]
(Image Om BUd minjem dari http://www.macs909.com/mac909site/master.html)