Thursday, August 21, 2008

No Line Advertising

Beberapa minggu yang lalu acara dosen tamu Deskomvis ADVY yang kali ini diisi oleh Alumnus ADVY, Roy Umboh (Art Director CCHQ) dan Budi Utama (Designer Lowe Design) tampak lebih meriah dari biasanya. Barangkali karena dosen tamunya masih muda dan yang jelas mereka jebolan ADVY so… adik-adik kelas yang kebetulan jadi peserta trus tambah pede dan sueneng…. Karena kakak kelasnya ada yang survive di Jakarta dan karya-karyanya diperhitungkan (....).

Saya belum sempat catat dan menyiman file powerpoinnya kecuali punyaknya Roy. Tapi banyak dari apa yang disampaikan Budi Utama melekat kuat di benak saya. Maaf kalo ternyata disana sini ada yang nglupas trus jatuh… hehehehe.

Perkembangan dunia periklanan dewasa ini semakin lama semakin meninggalkan pakemnya. Tuntutan kecepatan dan kejelian marketing serta penempatan media yang jitu menjadi tuntutan dan seolah menjadikan "inovasi" sebagai penentu berhasil atau tidaknya sebuah pemasaran. Saya ingat sewaktu ngobrol dengan seorang CEO lembaga zakat terbesar di Indonesia mengatakan: “Yang namanya marketing sekarang ini harus punya daya gebrak dan selalu inovatif, kalau nggak gitu… nggak usah melakukan aktifitas marketing”. Segala lini dalam periklanan seolah carut marut dengan ide yang dikembangkan sehingga pasar semakin kompleks dengan brand-brand (baik baru maupun lama) yang sangat menyita energy dan pikiran. Kedepan akan nampak… mana brand yang konsisten dengan kreatifitas marketingnya… mana yang tidak, brand mana yang mencolok dan menyita perhatian … mana yang membosankan. Pasar akan melihat dengan sendirinya… dan semacam hukum alam yang nantinya akan mengujinya. Seperti kita tahu, kehandalan jasa, kualitas produk sudah tidak lagi hal yang mudah untuk dijual karena semua brand juga menawarkan hal yang sama... betul apa yang dikatakan Hermawan Kertajaya; Positioning Differensiation and Brand menjadi tika kata yag mesti dikuliti sedetil mungkin sebagai pembeda.

Melihat kondisi diatas, Frank Jeffkins yang sebelumnya telah mengelompokkan media berdasarkan atas ciri-ciri fisik serta fungsinya lambat laun akan sirna. Above the Line dan Bellow the Line (ATL/BTL) yang tadinya digunakan Frank untuk melakukan pemetaan media dan memudahkan P&G (Procter & Gamble) untuk berpromosi sejak ditemukannya cara itu (1968). Namun sekarang ATL/BTL sudah tidak lagi Media Lini atas (yang membayar media, dengan jangkauan luas) dan Media Lini Bawah (yang lebih personal, dengan jangkauan terbatas) tapi lebih pada ATL (thematic) dan BTL (tactical). ATL bukan lagi khusus berbicara strategy di TVC, radio, billboard, baliho. BTL tidak lagi hanya berbicara media poster, direct mail, brosur, dan sejenisnya. Tapi lebih dari itu semua ATL dan BTL sebagai sebuah strategy baru dalam pendekatan brand marketing yang terintegrasi yang mendobrak pasar dengan pendekatan thematic, yaitu menjadikan sebuah brand “market leader” dengan pendekatan long therm advertising atau bersifat jangka panjang dan bertujuan meningkatkan brand image dengan hitungan waktu tertentu. Sedang media yang digunakan… TVC, radio, billboard tidak menutup kemungkinan menggunakan juga brosur, direct mail dan sejenisnya. Dalam melihat media suda tidak lagi melihat apakah ATL atau BTL… semua bisa dipakai termasuk dengan penggunaan internet marketing, unconventional media atau ambient media. Bahasa verbal maupun visual yang digunakan lebih bersifat umum dan tidak terlalu mengarah pada penjualan yang menuntut “call to action” secara langsung.

Sedangkan tactical diartikan sebagai strategy mendobrak pasar dengan aksi-aksi yang lebih cenderung melibatkan target audience atau dengan bahasa yang lebih sering dipakai adalah melakukan “brand activation” dan inilah trough the line advertising (TTL). Seorang temen pernah bilang…”Kalo loe dah bikin brand yang kamu iklanin bisa jadi top of mind… contohnya A Mild… target paham iklannya … seneng… tapi ketika dia pergi ke toko or warung yang dibeli LA Light… gubrak kan? Makanya A Mild bikin Soundrenaline… A Mild Live… A Mild billyard dan lain-lain agar target merasa terlibat dengan aktivitas yang tentu saja mereka sukai dan harapannya ada call to action terhadap brand tersebut”. Sementara… penggunaan medianya tetap sebebas thematic… bisa menggunakan TV, radio, poster, brosur, billboard, ambient, pameran, event, dll. Secara aktifitas lebih melibatkan, dan target merasa happy dengan inovasi iklannya… tidak merasa dipaksa dan secara sukarela terlibat… contoh aktifitas Sprite beberapa waktu lalu yang digawangi Lowe Design Indonesia. Mulai dari menyewa Ahmad Dani untuk menggubah lagu… dan nge hits ternyata… judulnya “Bebaskan” yang dia nyanyikan dengan Chyntia Sari serta beberapa lagu yang dikemas menjadi satu album. Trus videoclipnya yang di placement atas nama videoclip… bukan TVC… selama tiga menit… hebat. Tidak berhenti sampai disitu… mereka bikin event nyanyi lagu popdut atau pop ndangdut berupa audisi dan bla bla bla… seperti audisi music lainnya tapi dikemas dengan lebih cantik. Ada roadshownya… ada siaran live nya… bikin promo event nya dengan media yang sangat komplit dan terintegrasi.

Munculnya brand-brand baru di Indonesia memicu advertising agency untuk selalu putar otak mencari format-format baru dalam beriklan. Masing-masing menginginkan agar brand nya menjadi market leader… semua punya keinginan agar brandnya bisa menjadi top of mind. Tapi…

“Top of mind tidak ada artinya apabila tidak ada call to action yang bisa menghantarkan sebuah brand menjadi market leader, market leader tidak ada artinya apabila tidak ada kontiyuitas, dan semuanya tidak ada artinya apabila sebuah brand tidak memiliki image yang bagus dibenak konsumen”


Desain Grafis Itu Ngga Bikin Bosen


Desainer grafis telah menjadi profesi yang banyak dicita-citakan anak muda sekarang. Tidak mengherankan karena dunia desain grafis memang sangat menyenangkan. Bagaimana sebenarnya profesi desainer grafis itu, Ahmad Munif dari Simpang5 mewawancarai Nurista Budi Utami, lulusan Deskomvis-ADVY (Akademi Design Grafis Yogjakarta) dan bekerja sebagai desainer grafis di salah satu majalah cewek di Semarang.

Bisa ceritakan bagaimana awalnya Anda memilih dunia design grafis sebagai pekerjaan Anda?
Awalnya hanyalah hobby mengutak atik gambar, ilustrasi dan mengagumi desain-desain yang menurutku itu seni. Kebetulan waktu sekolah dan kuliah dapat jurusan desain grafis juga. Ya, ibarat kata udah terlanjur basah, mandi aja sekalian. So, sampai sekarang deh berkecimpung di bidang desain grafis.

Tentu banyak suka duka bekerja sebagai desainer grafis, bisa ceritakan bagaimana suka dukanya?
Wah, kalau dibilang suka atau dukanya 50-50 kali ya. Sukanya sih karena desain grafis itu ngga bikin bosen. Kita bisa mengembangkan kreatifitas sesuai dengan tren desain yang lagi in. Dan pada dasarnya desain grafis itu menyenangkan jadi ngga merasa menjadi beban pekerjaan, tapi lebih ke permainan gambar, warna, letak, dan keseimbangan yang diolah, sehingga menjadi sesuatu yang punya nilai plus tersendiri untuk menyampaikan pesan pada yang melihatnya. Dan yang terpenting adalah kepuasan konsumen dengan hasil karya sang desainer. Kalau dukanya, deadline dan revisi yang memakan banyak waktu. Karena sebenarnya dengan keterbatasan waktu desain menjadi tidak maksimal.

Dunia desain grafis terus berkembang pesat, apakah Anda mengikuti perkembanganya, baik teknologi maupun seninya? Terus dari mana saja Anda mengikuti perkembangannya?
Tentu saja saya selalu mengikuti perkembangan desain grafis, baik teknologi maupun seninya. Karena bagaimanapun juga desain grafis akan selalu berkembang seiring perkembangan jaman. Apalagi pekerjaan saya di majalah menuntut untuk selalu fresh dan up to date dengan style design keinginan anak jaman sekarang. Biasanya Concept Magazine, Blank Magazine bagus juga buat mancari inspirasi desain. Atau Girl’s Magazine seperti Gogirl, Herworld, Teen Vouge, dan majalah sejenis lainnya, bisa juga jadi referensi desain untuk pekerjaan saya di majalah cewek. Banyak pula website yang mengangkat soal desain grafis, misalnya DevianArt. Selain itu, saya juga mengikuti seminar dan workshop desain untuk menambah ilmu desain grafis.

Perangkat apa saja yang Anda miliki untuk menunjang pekerjaan Anda sebagai seorang desainer grafis, apakah Anda juga meng-update perangkat yang Anda miliki mengikuti perkembangan kebutuhan pekerjaan Anda?
Perangkat desain sih standar saja, tapi untuk mendukung pekerjaan aku selalu meng-update perangkat dengan software-software terbaru untuk menunjang pekerjaan sebagai desain grafis agar tidak monoton dan ketinggalan jaman.

Bagaimana prospek ke depan profesi desain grafis di Semarang?
Prospek ke depan profesi desain grafis pastinya sangatlah bagus. Perusahaan besar maupun wiraswasta banyak yang membutuhkan SDM di bidang desain grafis. Banyak pula peminat desain grafis di Semarang. Hanya saja tergantung dari kemampuan masing-masing orang, intinya sebagai desainer grafis harus bisa mengikuti perkembangan desain grafis sesuai dengan kemajuan jaman. Dengan banyaknya persaingan desain diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas para desainer grafis untuk berlomba-lomba menghasilkan desain yang original dan up to date. Maka kualitas dari desain grafis tetap dapat dipertahankan sehingga bisa semakin maju dan berkembang.

So, Make ur creativity right NOW!!

ADVY dapat dua finalis


Penjurian Pinasthika 2008 kali ini memang dahsyat. Standart penjuriannya sangat tinggi. Target siapapun juara untuk bisa bersaing dalam Citra Pariwara tampaknya menjadi perhatian juri. Ini bisa dilihat dari kategori-kategori yang dibacakan MC di awarding night 2 Agustus lalu. Sebagian besarnya "no winner". So... dengan positif thingking, siapapun pemenangnya boleh bangga. Termasuk untuk gelar finalis. Akan sulit bagi siapapun agencynya untuk bisa menembus finalis... apalagi untuk mendapatkan metal.

Giliran ADVY, untuk tahun ini mendapat 2 gelar. Finalis Poster kategori Graphic Design Award, dan finalis Baskara kategori materi iklan penunjang (brosur). Dalam kesempatan ini tim promosi ADVY mengucapkan terimakasih buat Mario Diaz (ilustrator) dan Reiga (Graphic Design) yang udah eksekusi media promo yang 'ciamik' untuk kita. Memang kali ini belum dapet metal, tapi pujian banyak datang dari para juri. Keep fight ya.... tetaplah bikin karya-karya bagus agar dunia ini lebih indah... selamat!!!

"Bangga ga tuh jd nak advy..." ngga snior ngga yunior handal smua'.. Digital Handal Manual Handal."