Wednesday, February 24, 2010

K O L A S E . S E K O L A

‘Para dadais berkata: dahulu seniman biasa menghabiskan waktu terus-menerus, cinta dan upaya dalam melukis tubuh, bunga, topi atau bayangan dan seterusnya, tetapi kami hanya perlu mengambil gunting dan memotong apa yang kami perlukan dari lukisan-lukisan atau potret dari semua benda-benda ini. Jika obyeknya berukuran kecil, kami tak perlu mencari lukisan atau potret mereka, kami bisa gunakan obyek itu sendiri... semua benda yang sangat indah terlukis dalam lukisan tua di museum, tetapi tentunya, mereka hanya terlukis’ (Wieland Herzfelde, Pekan Raya Dada Internasional, Berlin 1920).PengertianIni tulisan tentang ‘kolase (collage)’ atau biasanya disebut juga dengan ‘gunting-tempel (cut and paste)’. Kalau dilihat dari asal katanya sih, cut and paste… ya, cuma dari penggabungan kata ‘cut’ yang berarti menggunting atau memotong dan ‘paste’ yang berarti memasangkan. Dan… kolase ini sendiri, juga kalau nggak salah loh, berasal dari kata ‘collageum’, yang artinya adalah lem atau perekat. Nah jadi, kolase atau karya gunting-tempel ini dapat diartikan sebagai sebuah karya yang dibuat dengan cara memotong obyek-obyek, yang biasanya berupa gambar, dan kemudian menempelkannya dengan lem atau perekat dalam suatu bidang, sehingga ia menjadi satu-kesatuan. Gampang kan? Nggak perlu susah-susah kok untuk bisa membuat kolase ini. Cukup ada kemauan, ada gambar-gambar yang siap dipotong-potongin, ada gunting atau silet dan lem… taaa daaa, maka jadilah kolase tersebut!Masih tentang istilah lain dari kolase ini… ada juga yang menyebut karya gunting-tempel ini dengan istilah ‘montase (montage)’ dan ‘ransom’.‘Montase’, dalam bahasa Jerman, dapat diartikan sebagai mencocokkan atau merakit. Sedangkan ‘ransom’ berarti tebusan. Ransom biasanya digunakan untuk menunjuk pada jenis karya gunting-tempel yang terdiri dari penggabungan berbagai macam potongan jenis huruf atau kata-kata menjadi satu-kesatuan. Ya, istilah ini berasal dari bentuk surat yang biasanya dibuat oleh para penjahat dalam memberikan pesan kepada seseorang atau surat dari penculik yang meminta uang tebusan kepada seseorang dengan tanpa meninggalkan ciri identitas dirinya berupa tulisan tangan yang khas. Biasanya, ini tuh sering tampil di film-film detektif!Bagaimana kalau kolase ini dibuat dengan menggunakan suatu program komputer, katakanlah… dengan menggunakan program Photoshop? Yah, bisa aja sih! Contoh keren dari pembuatan kolase dengan menggunakan program komputer ini, salah satunya adalah pada iklan ‘Mr. Jenkins' Tanqueray Gin’. Kalau dilihat dari iklan tersebut, memang hasil kolase yang dibuat dengan program komputer ini hampir sama persis dengan yang dibuat dengan tangan… dengan menggunting dan menempel dengan menggunakan lem. Ehmmm… tapi, saya nggak tau deh, untuk masalah kolase yang pembuatannya dengan program komputer ini. Makanya, apa yang saya tulis kali ini adalah berdasarkan atas pengalaman saya selama ini dalam bergelut dengan gunting dan lem dalam menghasilkan kolase... ‘primitive cut and paste’!Jenis - JenisSekarang, saya mau ngebahas jenis-jenis karya kolase. Ehmmm, sebenarnya memang nggak mudah untuk dapat membuat pengelompokan kolase berdasarkan ciri-ciri tertentu yang khas sehingga kolase ini dapat disebut memiliki ‘jenis-jenis’. Tapi beginilah… saya berpendapat, setidaknya terdapat empat jenis kolase.Yang pertama, adalah jenis kolase yang merupakan penggabungan antara beberapa gambar benda atau obyek-obyek tertentu yang berlainan sumber, seperti penggabungan antara gambar kepala si A dengan gambar badan si B untuk menciptakan gambar tubuh utuh ‘makhluk baru’ si C, misalnya. Contoh lain dari kolase jenis pertama ini, juga dapat dilihat pada jenis kolase yang biasa disebut dengan ‘the single image with caption’, yaitu kolase yang dibuat dengan cara menempeli gambar ‘tunggal’ dengan potongan huruf, kata atau kalimat.Yang ke dua, adalah kolase yang terbentuk dari penggabungan antara bidang-bidang yang polos tidak bergambar sama sekali, namun berbeda ukuran, bentuk ataupun warnanya. Seperti, bidang persegi empat bertemu dengan bidang berupa lingkaran, atau bidang persegi empat bertemu dengan persegi tiga. Salah satu contohnya, adalah yang pernah saya buat ketika masih berada di Taman Kanak-kanak. Yaitu, pembuatan kolase berbentuk rumah. Caranya, dengan menggabungkan bidang persegi empat dengan bidang persegi tiga sebagai atapnya. Atau juga… penggabungan lingkaran besar dengan beberapa bidang lingkaran kecil yang ditempelkan mengelilingi bidang lingkaran besar tersebut, untuk membentuk kolase bunga.Ke tiga, adalah karya kolase yang merupakan penggabungan antara berbagai jenis huruf yang membentuk suatu kata atau kalimat utuh. Contohnya… adalah kolase logonya band punk, Sex Pistols dan Defiance.Yang ke empat, adalah jenis karya kolase yang merupakan variasi atau penggabungan dari beberapa jenis kolase yang telah disebutkan di atas. Eh, pernah lihat nggak kolasenya Hannah Hoch yang berjudul ‘Love’ (1926) dan ‘Made For A Party’ (1936)? Kalau pernah lihat, inilah contoh jenis kolase yang merupakan variasi dari kolase yang saya sebutkan sebagai kolase jenis pertama dengan jenis yang ke dua. Semangat Yang DibawaNah kemudian, ada hal lain pula yang terdapat dalam kolase ini. Yaitu, masalah ‘muatan’ yang terkandung di dalam karya kolase tersebut. Muatan ini, harap jangan disamakan dengan tema atau judul dari suatu karya kolase. Tapi, yang dimaksud dengan ‘muatan’ ini adalah menunjuk kepada semangat atau keinginan yang selalu hadir, yang terkandung dalam setiap karya kolase, terlepas dari apapun tema atau judul karya tersebut.Baiklah, lagi-lagi setidaknya menurut saya… ada tiga muatan semangat yang dapat diperoleh dari kolase ini. Yaitu, yang pertama, adanya semangat ingin selalu mengadakan perubahan. Mengambil gambar di sana-sini dari berbagai sumber yang berlainan, kemudian berusaha menyatukan semua potongan gambar itu dalam satu bidang, cukup kuat mengesankan proses ingin menciptakan sesuatu yang baru dari sesuatu yang lama, keinginan untuk membongkar struktur lama dan kemudian memperbaruinya.Muatan yang ke dua, menurut saya adalah pemberontakan terhadap struktur-struktur atau lembaga yang mapan. Dalam hal kolase ini, saya dapat melihat bagaimana lembaga hak kekayaan intelektual seseorang, misalnya atas karya photonya atau karya lukisnya, dapat ‘dirusak’ dengan seenaknya… digunting kemudian ditempelkan bersamaan dengan potongan obyek lain. Lembaga mapan berupa hak kekayaan intelektual yang dilindungi oleh hukum, dalam kasus kolase, sengaja dilanggar. Tidak ada penghormatan terhadap bentuk-bentuk hukum tersebut.Berdasarkan penjelasan mengenai muatan yang ke dua, yaitu semangat melanggar lembaga yang mapan, jelas lembaga ‘copyright’ telah digulingkan, dan digantikan dengan ‘copyleft’. Gagasan ‘copyleft’ berarti hak yang diberikan kepada seseorang untuk merubah suatu program dan meneruskan (bahkan menjualnya) kepada orang lain dengan syarat bahwa orang tersebut juga meneruskan hak yang sama itu kepada orang lain… ehmmm, ini jelas mencerminkan ‘konsep anarkis’ yang berlawanan dengan copyright yang hanya menguntungkan individu yang kuat, dan menekankan kompetisi, bukannya kerja sama. Gambar-gambar dari suatu sumber yang biasanya dilindungi oleh hukum sebagai hak kekayaan intelektual, dalam kolase dijungkirbalikkan dengan seenaknya oleh pembuat kolase, mengambilnya dan kemudian menyatukannya dengan gambar lain yang juga, mungkin, dilindungi oleh lembaga copyright tadi.Termasuk pula dalam pemahaman semangat pemberontakan terhadap lembaga mapan ini adalah semangat dalam menghancurkan kemapanan tembok pembatas antara seniman dengan non-seniman, antara siapa yang pantas disebut seniman dengan yang bukan seniman. Dengan penghancuran tembok pembatas ini, semua orang adalah seniman, ia dapat saja dengan mudah menghasilkan karya seninya sendiri tanpa harus belajar lebih dulu di sekolah seni ataupun mengikuti kursus seni. Hei, hei, hei, lihatlah… saya dapat dengan mudah menganggap diri saya sebagai seniman dengan membuat karya kolase. Lukisan karya seniman lukis, yang bisa jadi dibuat dalam jangka waktu yang lama, bahkan bertahun-tahun untuk mendapatkan gelar seninya tersebut, dapat dengan mudah saya sulap menjadi karya seni milik saya yang hanya menghabiskan jangka waktu yang singkat, beberapa menit misalnya, tanpa saya harus belajar seni terlebih dahulu untuk mendapatkan gelar seniman atau dapat membuat karya yang dianggap memiliki nilai seni. Tinggal siapkan gunting dan lem, maka jadilah karya seni itu... kolase karya saya! Seni yang bersifat eksklusifpun akhirnya runtuh dengan adanya kolase ini!Tapi memang sih, nggak semua orang yang membuat karya kolase ini mempunyai prinsip ingin menumbangkan lembaga copyright. Ambillah contoh Winston Smith, seorang pembuat kolase yang karya-karya kolasenya sudah banyak digunakan oleh beberapa band punk seperti Dead Kennedys dan Green Day… pada kover album Insomniac! Dalam karya-karyanya, Smith sangat berhati-hati sekali agar di kemudian hari ia tidak menghadapi tuntutan hukum dari masalah copyright ini. Jelas sekali sikapnya ini terlihat dari karyanya yang ternyata tidak satupun menampilkan potongan simbol-simbol seperti Nike, Mc Donald’s atau merek-merek dagang lainnya, yang biasanya memang dilindungi oleh lembaga copyright. Begitu pun dengan penggunaan potongan karya photo seseorang, Smith juga tidak menggunakannya dalam membuat kolase, tentu dengan alasan yang sama ketika ia tidak menggunakan simbol-simbol merek dagang yang dilindungi tadi.Lanjut lagi… masih membahas masalah muatan semangat yang ada di dalam kolase… sekarang yang ke tiga, adalah perayaan atas pluralitas atau perayaan atas keberagaman untuk menuju sesuatu yang baru atau yang lebih baik. Dalam kolase, akan ada banyak obyek yang berlainan yang diambil dari berbagai sumber kemudian disatukan menjadi suatu bentuk yang memiliki arti yang baru. Bentuk-bentuk yang berbeda latar belakang sumber asalnya disatukan atau diharmoniskan untuk mencapai sesuatu yang unik sekaligus indah, indah dalam pengertian saya setidaknya. Keberagaman asal sumber potongan gambar yang kemudian disatukan, menurut pendapat saya penuh dengan muatan semangat ingin merayakan keberagaman untuk menuju sesuatu yang indah. Lebih dalam lagi, ini mengandung arti bahwa adanya perbedaan adalah untuk saling memahami. Yaitu, bahwa di balik perbedaan tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan yang bisa saling menutupi, saling membantu satu dengan yang lainnya untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik.PenutupWalaupun ada kecenderungan bahwa kolase nggak terlalu mendapatkan ‘penghargaan yang waaahhh’ seperti halnya karya seni lukis atau seni patung, tapi bagi saya kolase tetaplah merupakan karya yang indah, yang penuh dengan keunikan sekaligus kedalaman makna. Dan… saya sangat menyukainya loh!Hah, begitulah pemahaman saya mengenai kolase. Maaf sajalah, kalau tulisan ini sangat berantakan, nggak teratur, atau bahkan malah sulit dipahami oleh kawan pembaca! Permisi!Daftar bacaan:1. Adriani, Gotz. ‘Biography-Documentation’. Hannah Hoch: 1889-1978 Collages. Dr. Cantz’sche Druckerei Stuttgart Ruit, 1993.2. Barker, Chris. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004.3. Grenz, Stanley J. Pengantar untuk Memahami Postmodernisme. Yogyakarta: Yayasan Andi, 2001.4. Kusumawijaya, Marco. 'Anarkisme: Satu Utopia Lagi?’ (makalah).5. Ngasiran, Riadi. Memaknai Seni Rupa Alternatif Indonesia. Surabaya: Dewan Kesenian Jawa Timur, Bengkel Muda Surabaya dan Pustaka Pelajar, 2001.6.